Sajak Pengalaman



Bintang kejora berbeda dari biasa, sepertinya hari ini adalah hari terburuk baginya. Seakan ada awan gelap tepat berdiri di ujung ubun – ubun dan bertahan tak ingin beranjak. Sapaan senyum pagi, bau kudapan lezat tak ia hiraukan sedikit pun. Padahal, biasanya ia akan ceria menyantap hari dengan lembut lewat sapaan dan kudapan lezat. Jalanan menertawai keras bersama asap pekat tak menawan semakin mengguruinya tuk bermanufer dalam kemarahan. Dentingan membuat ia bergegas pergi agar suara gagak tak membisingkan. Iya, sampai.... pada sangkar yang mulai usang terenggut zaman. Ah..sangkar itu, membuat ia takut menyapa gerombolan semut bergotong royong. Ia pun selalu terdiam dalam kepenatan siang suntuk di bawah awan gelap yang tak mengubah apapun. Ya...rutinitas seperti itu tak akan bisa berhenti sampai beberapa abad kelak.
Awan gelap di ujung ubun – ubun semakin pekat seakan tak kuat menahan lagi. Ia berharap ada ruang kosong yang bisa digunakan bernostalgia pada kesunyian malam. Mungkin tetesan air mata jatuh bisa mewakili segala asa yang tak menentu. Terkadang ingin bersantai, sendiri, merajut kata, namun seakan berubah lewat tawa kesibukan. Ya...pengalaman yang ia cari, duduk bersimpuh di pelataran pun tak akan memberi solusi. Hanya dengan beranjak berdiri, merangkul mimpi, dan mengangkat beban revolusi. Terjamin? Ya...coba saja lewat di tengah gerombolan semut itu dan sapa mereka, maka ia akan menyapamu berulang kali seakan kau berarti. Seiring berjalannya waktu, kau akan keheranan menyambut malam mencari jawabannya. Namun, keheranan itu akan tersenyum seakan memberi sumpah serapah bahwa sekarang kau berpengalaman. Cobalah sesekali tengok ke atas,  tepat di ujung ubun – ubunmu. Apakah masih ada awan gelap? Iya... semakin memudar dan tergantikan oleh pelangi jingga.
Seabad kelak, kau akan mendapat warna pelangi lain dan memberi percaya bahwa awan gelap akan pergi. Bukan tentang merunduk dan menyendiri, namun tentang berdiri dan meramaikan hidupmu. Yakinlah bahwa pengalaman akan kau dapat lewat usaha. Izinkan lah sangkar usang itu dilewati gerombolan semut. Setelah itu, kau akan tahu keajaibannya. Sapaku, sapamu, dan sapa kita akan menyatu bersama pelangi bermejikuhibiniu.

Komentar

Postingan Populer