Resensi Buku “Soedjatmoko & Modernisme” (Catatan Atas Pemikiran Kritis Soedjatmoko)



“Soedjatmoko & Modernisme”
(Catatan Atas Pemikiran Kritis Soedjatmoko)

Judul Buku                  : Soedjatmoko & Modernisme (Catatan Atas Pemikiran Kritis
                                      Soedjatmoko)
Pengarang Buku          : Kaisar Atmaja
Penerbit Buku             : Kreasi Wacana
Tahun Terbit                : 2013
Halaman Buku            : 140 halaman
ISBN                           : 978-602-9020-41-0
Kehidupan manusia terus mengalami fase perkembangan dari tahap mitos menuju kesadaran (rasionalitas). Masyarakat zaman dulu selalu menjaga alam semesta, karena mereka percaya bahwa alam yang terdiri dari pohon, air, dan lainnya dianggap hidup dan memiliki nyawa. Namun, masyarakat modern telah mengubah kepercayaan tersebut, masyarakat modern ingin mengendalikan dan menaklukkan alam. Bukan manusia yang tunduk pada alam, melainkan alam yang tunduk pada manusia. Hidup modern bukan berarti harus menghilangkan nilai yang bersifat mistis, sakralitas, dan lokalitas. Maka dari itu, masyarakat modern harus merefleksi dirinya mengenai esensi dan tujuan dari hidup modern.
Soedjatmoko adalah seorang intelektual Negara Dunia Ketiga dan sekaligus warga dunia, pemikirannya diakui oleh dunia internasional. Terdapat beberapa pemikiran Soedjatmoko, diantaranya yaitu :
1.    Soedjatmoko menyerukan untuk berjuang dengan penalaran moral, agar dapat keluar dari nalar keterasingan menuju nalar pencerahan di ruang publik.
2.    Kebebasan merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kebebasan perlu dicari dan diperjuangkan. Pengetahuan diri sangat diperlukan untuk mencapai suatu perubahan sosial.
3.    Sistem dan kinerja konstitusi telah menghilangkan kebebasan dan otonomi manusia. Sehingga perlu adanya perbaikan dalam suatu sistem dengan dasar nilai-nilai kemanusiaan.
4.    Soedjatmoko mengkritik bahwa masyarakat modern telah didominasi oleh kultural kapitalistik, hedonis, dan konsumtif. dan beberapa pemikiran lainnya.
Soedjatmoko lahir pada tanggal 10 Januari 1922 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Ayahnya termasuk bernasib baik dan berhasil menjadi doktor dalam ilmu kedokteran. Pernah mengenyam pendidikan taman kanak-kanak sampai kelas II sekolah dasar di Belanda, melanjutkan pendidikan ELS (Europesche Lagere School) di Manado, sekolah HBS (Hogere Burger School) di Surabaya, Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, STOVIA. Ia sekolah berpindah-pindah karena mengikuti penugasan ayahnya, hingga perubahan konteks sosial mempengaruhi pemikirannya. Soedjatmoko pernah menjadi wartawan, Duta Besar di Amerika Serikat (1968-1971), Rektor Universitas PBB di Tokyo, Jepang (1980-1987), aktif menjadi pembicara dalam berbagai forum diskusi baik nasional dan internasional. Beliau meninggal pada hari Kamis, 21 Desember 1989 dan secara mendadak, karena saat itu ia sedang menjadi pembicara suatu simposium yang diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta.
Masyarakat modern telah mencapai kemajuan di era modern sekarang ini. Kemajuan tersebut dapat dicapai karena perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi. Namun disamping akibat positif tersebut, juga terdapat akibat negatif yaitu kerusakan lingkungan dan kepunahan umat manusia karena senjata nuklir. Terdapat beberapa kritik terhadap masyarakat modern yang diutarakan oleh Soedjatmoko, diantaranya yaitu :
1.    Perkembangan ilmu pengethahuan dan teknologi yang lepas kendali, kecanggihan teknologi telah menghilangkan otoritas manusia sebagai manusia yang bebas.
2.    Kerusakan lingkungan yang semakin ekstrim, seperti pemanasan global, cuaca yang tidak menentu yang disebabkan oleh efek rumah kaca.
Soedjatmoko mengingatkan pentingnya langkah-langkah yang bersifat global dan organisatoris, merangkum nilai-nilai kemanusiaan secara universal, serta hubungan kebudayaan secara global. Refleksi kritisnya yaitu :
1.      Peran agama dan Kerja sama Global
Nilai keagamaan yang digunakan sebagai mediator negara-negara dunia dalam menentukan kebijakan global. Adanya fitrah manusia yang memiliki hak untuk hidup bersama. Agama juga dapat mengatasi kemiskinan dan ketidak adilan. Agama harus mengajarkan berfikir dan berjiwa penuh kerendahan hati untuk mengatasi masalah modernitas.
2.      Humanitarianisme Dan Solidaritas Global
Humanitarianisme merupakan kesadaran bahwa kita merupakan makhluk insani. Kemanusiaan menjadi pijakan untuk belajar hidup dengan keberagaman persepsi mengenai kebenaran, seperti Indonesia yang berasas pluralisme (keberagaman budaya dan ras) ysng menjadi wadah terjalinnya kerjasama. Paham humanitarianisme dan solidaritas global menjadi upaya untuk saling “ngewongke”, memanusiakan manusia untuk menjalin kerja sama global.
3.      Konsep Kebudayaan Global
Hubungan kebudayaan dapat meningkatkan kemampuan manusia agar tidak terseret pada permasalahan, namun mereka berusaha saling memahami nilai-nilai budaya yang sama.
Soedjatmoko optimis bahwa modernisasi Indonesia akan membawa jati diri bangsa menjadi bangsa yang modern. Ia menginginkan kemajuan Indonesia dengan melakukan modernisasi Indonesia yang memiliki arti pertumbuhan, pemerataan, dan demokratisasi.


Komentar

Postingan Populer