resensi buku "Teori Dasar Transformasi Konflik Sosial"
Resensi Buku “Teori
Dasar Transformasi Konflik Sosial”
Judul
Buku : Teori Dasar
Transformasi Konflik Sosial
Pengarang
Buku : Diana Francis
Penerbit
Buku : Penerbit Quills
Tahun
Terbit : 2005
Halaman
Buku : 176 halaman
ISBN : 979-999-861-1
Secara harfiah konflik memiliki arti
percekcokan, perselisihan, atau pertentangan. Konflik ada sebagai akibat adanya
pemikiran yang berbeda – beda. Sehingga, konflik tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Selama kehidupan manusia masih berlangsung, maka konflik
akan selalu ada. Berbagai konflik yang muncul tentunya memerlukan upaya untuk
mengatasinya, yaitu dengan upaya “resolusi konflik atau transformasi konflik”.
Teori resolusi konflik menyarankan bahwa
persoalan yang terkait dengan kekuasaan dan keadilan perlu menjadi perhatian
besar. Adanya teori tindakan anti-kekerasan dapat menjadi pelengkap dalam
resolusi konflik, sehingga akan ditemukan pemahaman dan pengetahuan yang luas
dalam transformasi konflik. Banyak penulis yang mulai sadar bahwa sangat perlu
untuk merangkul konflik sebagai akibat dari adanya perubahan. Adapun beberapa
elemen dalam resolusi konflik, diantaranya yaitu :
1. Analisis
Konflik dan Dinamika Konflik
Perlu adanya analisis
konflik yang terkait dengan : sejarahnya, penyebabnya, dan komposisi
internalnya dari pihak – pihak yang bertentangan, sifat dari keterlibatannya,
perspektif, posisi dan motivasinya, perbedaan hubungan antara mereka dalam hal
kekuasaan, kesetiaan, dan kepentingannya. Pihak – pihak yang terlibat harus
sadar bahwa mereka saling tergantung satu sama lain dan perlu menemukan solusi
demi mempertemukan setiap kepentingan. Sikap saling mengerti dan menghormati sangat
diperlukan, agar dapat menciptakan kerjasama yang baik.
2. Teori
Kebutuhan
Teori kebutuhan yang
dicetus oleh John Burton, ia berpendapat bahwa kebutuhan ysng tidak terpenuhi
merupakan awal dari kemunculan konflik. Resolusi tidak akan tercapai apabila
kebutuhan tidak terpenuhi. Setiap pihak perlu sadar bahwa kebutuhan masing –
masing dapat tercapai tanpa harus melalui konflik, namun dapat tercapai melalui
pencarian jalan untuk mempertemukan kebutuhan masing – masing pihak. Cara ini
sering dikenal sebagai pendekatan “sama – sama menang.”
3. Dialog
Negosiasi, dan Peran Pihak Ketiga
Dialog merupakan pusat
dari resolusi konflik. Dialog dapat memberikan kepercayaan, pengertian dan
hubungan kerja sama, yang terfokus untuk mencari kesepakatan sebagai bentuk
dari adanya negosiasi. Negosiasi sebagai kondisi tawar – menawar yang sulit,
karena terdapat pihak yang berusaha mencari keuntungan. Tujuan dari resolusi
konflik yaitu untuk mencapai kesepakatan yang dapat menguntungkan berbagai
pihak, melalui kerjasama daripada persaingan. Negosiasi dilihat dari pendekatan
pihak ketiga (mediator) yang berusaha membujuk pihak yang bertikai agar saling
berdamai.
4. Pentingnya
Konstituante
Konstituante sebagai
penjembatan gap antar kelompok dan tingkatan yang ada di masyarakat. John Paul
Lederach menggambarkan tingkatan masyarakat sebagai sebuah piramida. Dimana
masyarakat menengah lebih berpengaruh terhadap tingkatan masyarakat yang berada
di bawah dan di atasnya.
5. Pemulihan
Setelah Kekerasan
Perlunya peningkatan
keadaan pasca-kekerasan dan pemulihan sosial, yang biasanya disebut sebagai
rekonsiliasi. Ron Kraybill (1996) berpendapat bahwa da beberapa hal yang
dibutuhkan dalam rekonsiliasi, yaitu :
a)
Keamanan fisik.
b)
Keamanan sosial.
c)
Sarana untuk
mengetahui penyebab konflik sekaligus penemuan ulang dari identitas yang
relatif.
d)
Peluang untuk
memulihkan hubungan.
6. Menjaga dan
Membangun Perdamaian: Upaya Pencegahan Kekerasan Baru
Perlunya usaha
penyesuaian dan menstabilkan keadaan pasca-kekerasan hingga terciptanya suatu
perdamaian. Hingga keadaan di masyarakat menjadi pulih kembali.
Hal yang sangat sering menjadi konflik
yaitu konflik kebudayaan, sehingga transformasi konflik tentunya berhubungan
dengan masyarakat dan kebudayaan. Kita tidak bisa menghilangkan konflik dari
kehidupan, kita hanya dapat mentransformasikan konflik tersebut atau berusaha
mencari solusi. Melakukan dialog untuk mengetahui kepentingan masing – masing
pihak hingga ditemukan jalan yang terbaik. Transformasi konflik menerapkan
penerimaan terhadap tanggung jawab personal dan kolektif, yang berarti juga
transformasi kebudayaan untuk kita semua.
Komentar
Posting Komentar